Minggu, 14 Desember 2008

DuKa

Sahabat selalu ada ketika kita membutuhkannya. Sahabat tidak pernah membiarkan sahabatnya yang lain terluka apalagi menangis. Sahabat bahkan punya peranan yang lebih dari seorang saudara sekalipun. Itulah yang ada di benakku dulu tentang seorang sahabat. Tapi semua anggapan itu kini berubah. Aku tak tahu, apakah semua orang beranggapan sama denganku, atau mungkin hanya aku yang beranggapan bahwa sahabat tak punya lagi nilai plus sama sekali? Mungkin memang hanya aku. Tapi aku punya alasan dari anggapanku tersebut. Mungkin awalnya memang terasa indah. Kuhabiskan separuh waktuku bersama mereka. Kubagi susah- sedihku, senang- bahagiaku bersama mereka. Kita satu pikiran. Kita punya tujuan yang sama. Kita saling mensuport tanpa terpikirkan sama sekali untuk menjatuhkan. Memang indah, hingga membuatku ingin kembali ke masa- masa itu, dan ingin pergi dari masa- masa seperti ini. Masa- masa di mana nilai sahabat sudak tidak lagi dianggap penting. Mereka menghianatiku, bahkan jelas- jelas menghianatiku. Mereka lakukan itu di hadapanku. Dua orang yang sempat aku percaya. Sungguh tidak pernah terbayang olehku hal- hal seperti ini akan terjadi. Aku tak bisa berbuat apa- apa. Kubiarkan mereka melanjutkan praktik penghianatan itu. Dan memang benar, mereka menganggapku tak ada. Mereka biarkan aku sakit, terluka, dan tak terelakkan, air mata tak hentinya menetes dari mataku. Tak pernah lagi aku berbagi dengan mereka. Berbagi? Mungkin itu terlalu sulit. Bersama mereka pun aku jarang. Apa artinya aku punya sahabat jika mereka tak pernah menganggapku ada? Memang sakit rasanya. Tapi aku tak akan pernah menyesal memilikinya. Bagaimanapun mereka selalu ada untuk diriku, walaupun itu dulu. Terima kasih sahabatku. Takkan pernah kulupakan semua kenangan tentang kita.

Tidak ada komentar: